Surat untuk ayahku
Daftar isi
surat untuk ayahku |
Ayah bagaimana
kabarmu hari ini? Meskipun kita sudah lama tak berjumpa, tak bertegur atau kita
lupa? aku tidak seperti itu ayah. Aku hanya sedang sibuk meluruskan tatapanku
kedepan. Maafkan aku lupa tak memberimu kabar atau hanya sekedar menyapamu
lewat telepon. Aku egois sekali ya ayah? Ayah kenapa kau tak pernah marah
ketika aku lupa menghubungimu, bahkan aku lupa kapan terakhir kali kau marah
padaku.
Ayah,
melalui surat ini aku hanya ingin bercerita bagaimana aku sangat merindukanmu, ingin
bertemu dan karena bapak tua itu aku jadi rindu denganmu.
Begini ayah,
di suatu sore ketika aku sedang berangkat kerja, di tengah perjalanan ada
seorang bapak tua yang sedang pulang dari pasar membawa beberapa karung sayuran
yang ditaruh diatas motornya, karena jalan sore itu macet terpaksa kami
mengambil bahu jalan untuk mendahului kendaraan lainnya, bahu jalan yang dilalui
ternyata jalannya bergeombang dan karena sayuran yang dibawa bapak tua itu
berat menyebabkan beliau oleng kemudian terjatuh, pas di depanku dan aku langsung
rem motorku lalu membantu beliau karena dikeramaian itu tak ada satu orangpun
yang peduli, ternyata benar sayuran yang dibawa bapak tua itu cukup berat, aku
rasakan ketika mengangkat motornya yang roboh.
Sepanjang perjalanan aku berfikir jika itu
ayahku, di usia tuanya masih berjuang mencari uang yang halal meski harus merasakan sakit
ketika terjatuh dan apakah bapak tua itu menceritakan kejadian itu kepada
anaknya? mungkin tidak karena ayahku pun tidak pernah bercerita ketika sedang
sakit.
Ayah aku
ingin sekali lagi berterima kasih kepada bapak tua itu, karena beliau aku
merindukanmu, karena beliau aku sadar, mungkin
ayah seperti itu dan aku berterima kasih sekali padamu ayah karena kau telah mendewasakanku.
Ayah kau tak
pernah marah ketika aku susah bangun pagi, kau hanya membasahi tanganmu dengan
air dingin dan menempelkan kewajahku.
Ayah kau tak
pernah marah ketika aku malas mengosok gigi, kau cukup cerdik, kau hanya
menaruh pasta gigi diatas sikat gigiku dan setelah mandi kau selalu mengecek
sikat gigiku dan jika aku belum sikat gigi maka aku harus kembali ke kamar
mandi.
Ayah kau tak
pernah marah ketika aku diam-diam mengambil rokokmu, kau hanya menyisakan satu
batang rokok dibungkusnya. Seiring waktu berjalan kau hanya berpesan kepadakau “silahkan
merokok tapi beli dengan uangmu sendiri” itu selalu ku ingat ayah.
Ayah aku
selalu suka ketika kau meminta aku membuatkan dua cangkir kopi dan kau bilang
mantap rasanya, lalu kita duduk di beranda rumah sambil merokok bersama,
bercerita tentang kegiatan masing-masing, aku merindukan itu ayah.
Dahulu ketika
aku kuliah aku menghubungimu karena uang bulananku habis, sampai ibuku istrimu itu
ayah, dia hafal akan hal itu, ketika aku sms menanyakan kabar, istrimu hanya
membalas dengan singkat “kok tumben tanya kabar, apa uangmu sudah habis?” dan
kemarin ayah, aku mencoba sms kembali lalu balasanya membuatku tak bisa berkata-kata
lagi “kabar baik, ada apa kok sepertinya ada yang penting, apa kita (orang
tuamu) suruh melamarkan pacarmu” yah ini candaan yang membuatku nyengir dan
kaku ayah.
Ayah aku
masih ingin belajar banyak darimu, tetaplah menjadi guruku, dan aku ingin
membaca karya tulismu sebagai obat rindu.
Ayah...
Kini kau tak
lagi muda
Tapi semangatmu
tetap kesatria
Dalam diammu
selalu ada do’a
Untuk kami
anakmu dan keluarga
Terima kasih
untuk semuanya