Ku Buktikan Janjiku – Melamarmu
Daftar isi
Andriberbudi.web.id – pada tulisanku sebelumnya sudah ada
gambaran bagaimana untuk tulisanku yang ini. Ya betul sekali untuk tulisanku
ini Ku Buktikan Janjiku untuk Melamarmu,
namun ada beberapa hal yang memang sengaja tidak aku tuliskan pada artikel
sebelumnya.
Satu minggu setelah
ibuku menghubungi mengenai keseriusanku dengan rahma, beliau bersama bapakku
datang juga ke Magelang, tempat tinggalku sejak SMK dan juga tanah kelahiran
ibuku. Setibanya di Magelang aku pastikan kembali apa yang diutarakan ibu lewat
telepon satu minggu yang lalu, dan ternyata aku tidak sedang bermimpi.
Setelah
pulang kerja aku tidak langsung pulang ke rumah namun aku menuju ke rumah kekasihku
yang sebelumnya memang aku sudah menghubunginya, ingin bertemu kedua orang
tuanya. Berkat bimbingan teman kerjaku untuk merangkai kata akhirnya dengan
penuh kemantapan jiwa dan raga yang membara (halah),
Ku laju motor tuaku yang masih gagah perkasa ke rumahnya. Setiba dirumahnya dan
bertemu kedua orang tuanya dengan sedikit basa basi langsung aku sampaikan
tujuanku kesana, yang kurang lebih seperti ini:
“Pak, mak (Mamak; aku manggil ibunya
rahma) kulo mriki sepindah badhe silaturahmi, kapingkalihipun, kulo kalih rahma
(dia cengar cengir dibelakang bapaknya, yang sudah tahu tujuanku kesana mau
ngapain) kekancananipun sampun dangu,kulo ajeng serius
kalihan rahma pak, mak. Menawi bapak kalihan mamak maringi restu, seminggu
malih kulo badhe ngejak pake kalihan buke dolan mriki”.
Dan bapaknya
rahma menanggapi apa yang saya sampaikan:
“Nek aku ro mamake rahma iyo wae
ndri, tapi iki keputusane ono ning rahma, (semua mata tertuju pada tu bocah),
pie ma?”
Dengan wajah
yang sudah kayak bangjo, merah kuning hijau, dia manggut-manggut ditambah
senyum yang rada dipaksakan, mungkin dia ndredeg, seneng banget atau antara
yakin dan tidak yakin. Karena bapaknya belum puas dengan gerak kepala anaknya,
akhirnya bapaknya mengulangi lagi pertanyaanya “Pie ma??!!” Akhirnya rahma menjawab “Iya”dengan nada setengah fals, tentu saja itu terjadi karena sudah
tidak mampu melakukan pitch control. Langsung saja aku selebrasi dengan mengangkat kedua
telunjukku keatas dan salto-salto dalam hati. Setelah konferensi tersebut selesai akhirnya aku ngajak dia
keluar buat makan, tentu saja pamit to yo, calon mantu idaman, tidak rupawan,
ngentutan, pokoke rakaruwan.
Satu minggu setelah aku bertemu dengan orang tuanya, akhirnya aku dan keluargaku serta pasukan anti huru
hara menyambangi rumahnya, bukan untuk menangkap rahma apa lagi ngarak keliling
desa (aku tak sejahat itu), namun kesana untuk membuktikan janjiku yang akan
meminangnya.
Sebelum hari
dimana aku membuktikan janjiku untuk
melamarmu, kita memang sudah punya keinginan untuk menikah. Awal tahun 2016
kita sepakat, “Yuk kita tahun depan nikah
(2017)” namun karena ada suatu hal pada awal 2017, rencana kita di undur
menjadi akhir 2018 atau awal 2019. Disinilah Allah ikut campur, melalui ibuku,
jalan kita dimudahkan, sebelum 2017 berakhir tepatnya Oktober 2017, ibuku menghubungiku
dan 10 November 2017 aku melamarmu Rahma. Keluarga kita saling bertemu, berkenalan
lalu kita tukar cincin sebagai bentuk dan tanda keseriusan ku padamu.
Mas,
janjinya dimana, dari tulisanmu diatas kok tidak ada ngomongin janji?
Jadi begini, janji itu terjadi ketika
kita sedang pacaran beberapa tahun yang lalu, ketika aku membuat dia menangis (maaf
banget lho nduk) aku berjanji bahwa akan serius sama dia, ya Alhamdulillah
tercapai.
Mas, lha
berati dulu sama mantan-mantanmu yang 6 orang itu tidak serius ya?
Hah!!! Bajilak kok kamu tahu
mantan-mantanku, oya aku pernah cerita ding. Jadi gini lho ya, bukan’e aku
tidak pernah serius pas dulu-dulu, aku selalu serius kok tapi nek menurutku memang
karena Allah belum menjodohkanku dengan dia saja. Tekan sakmene paham?
Nek udah
paham, tunggu tulisan selanjutnya ya, ku buktikan janjiku – menikahimu.