Ketika Pasrah Adalah Sebuah Pilihan
Daftar isi
Pasrah itu bukan menyerah, melainkan menerima apa yang sudah di tangan dan akan tetap berjalan dengan yang dia punya. Pasrah belum tentu menyerah, sedangkan orang menyerah sudah pasti pasrah.
Menjalani kehidupan yang serba canggih tak membuat seseorang terhindar dari berbagai pilihan, mau pilih A atau B sebenarnya tak masalah, karena dalam memilih selalu ada tujuan dan menuju suatu titik yang kita inginkan. Memilih A ataupun B juga sama, ada tujuannya.
Beberapa bulan yang lalu aku bertemu dengan teman baru, di suatu Hotel dalam acara komunitas yang di selenggarakan hampir tiap tahun. Kami ngobrol ngalor-ngidul hingga dini hari, menceritakan kegiatan masing-masing, ya maklum baru pertama bertemu.
Di balik kesuksesannya saat ini, dia menceritakan perjalanannya yang menurutmu tak semua bisa melakukannya, termasuk aku. Aku panggil saja dia "Dab".
"Dab kamu bisa seperti ini gimana awalnya, apa kuliahmu juga sesuai dengan pekerjaanmu sekarang?" Tanyaku ditengah obrolan kami yang ngalor-ngidul itu.
"Ora bro, aku bien kuliah jurusane ekonomi (kalau nggak salah) tapi aku suka desain" jawabnya. "Lha, kok dirimu bisa desain seperti sekarang ini?" Tanyaku lagi.
"Iyo mas bro, aku memang suka desain, dulu aku juga kuliah, tapi pas skripsi aku memutuskan untuk tak meneruskannya dan akhire DO" katanya.
"Kenapa?" Tanyaku penasaran.
Dia mulai menjelaskan bahwa ketika skripsi karena ketemu pembimbing susah dan berbagai alasan lainnya hingga suatu saat ditengah kepasrahannya ada lowongan kerja di Denpasar. Dia disana bekerja dengan orang asing mengerjakan desain beberapa bulan dan itu tanpa sepengetahuan orang tuanya. Bahkan orang tuanya belum tahu kalau putranya sudah tak berstatus sebagai mahasiswa lagi. Singkat cerita, dia mulai bisnis desain meski di remehkan oleh saudara-saudaranya karena tidak sarjana sendiri, tapi saat ini dia-lah yang berpenghasilan terbesar di keluarganya.
Dia pasrah dengan gelar sarjana yang sudah di depan mata tapi tak menyerah untuk berjalan mencapai tujuannya. Karena tak ada pasrah yang sia-sia.
***
Di lain waktu aku bertemu dengan wanita bertubuh tinggi besar dan hitam manis. Ketika menyapa disertai tawa sederhana dan saling bertegur sapa, hingga disuatu kesempatan kita ngobrol panjang lebar kali tinggi. Dia sedang krisis kepercayaan terhadap semua laki-laki yang mendekatinya. Bilang cinta, tapi pada akhirnya pergi meninggalkan luka.
Dasar kamu laki-laki, eh aku juga. Hehehe
Aku nggak seperti itu yo, jika dulu ada yang terluka itu sepenuhnya bukan kesalahan ku, tapi sutradara, sutradara cinta lagune Lord Didi Kempot. Kembali ke judul.
"Mas, apa semua laki-laki sama saja?" Tanyanya.
"Semua sama?!!! Maksudnya?" Tanyaku setengah tertuduh.
"Dulu aku punya pacar, sudah serius, mau nikah pas udah dekat dia dan keluarganya membatalkan, padahal udah lamaran." Ceritanya.
"Ya nggak semua seperti itu kok" jawabku dengan nada dewasa. Hampir saja aku menjawab "Nek koe ra percoyo ro aku wae po", hahaha. untung inget pasanganku.
**singkat cerita**
"O gt ya mas, ya udah kalau ada yang mau ngajak aku pacaran harus siap tak ajak nikah" katanya yang sedang duduk di sampingku.
"Iya, harus gitu dong, karena menurutku laki-laki yang berjuang itu tak hanya mau mengantar kamu kesana-sini atau memberimu hadiah yang mahal atau limited edition tapi lebih dari itu, dia berani ngajak kamu nikah, Karena itu adalah pilihan terberat dari seorang laki-laki, dari sanalah perjuangan pasanganmu yang sebenarnya dimulai". Aku meyakinkan dia kalau laki-laki seperti itu masih ada (aku ini lho) 😁.
... Dan akhirnya tak perlu menunggu bertahun-tahun dia sudah mendapatkan yang dia cari, kebetulan juga aku mengenal laki-laki itu. Penasaran kenapa dia akhirnya memilih laki-laki itu, aku pun mulai mengulik informasi dari dia.
"De, aku lihat beberapa hari ini kamu ceria sekali", tanyaku basa-basi.
"Iya mas" jawabnya singkat sambil tersenyum semringah.
"Sudah menemukan yang kamu cari ya?" Kembali ku bertanya.
"Iya mas" jawabnya singkat lagi.
"Kenapa kamu milih dia? (sambil menyebut namanya)" Tanya ku lagi, dengan rasa penasaran yang semakin besar.
"Iya mas, aku mantep sama dia, karena dia pria yang dewasa, yang selama ini aku cari, bahkan dia berjanji bulan depan mau mengajak orang tuanya ke rumahku" jawabnya dengan wajah riang.
"Wah, selamat ya, semoga lancar sampai hari H", aku pun memberi ucapan selamat.
"Iya mas, meski dia badannya kecil, nggak nganteng, tapi aku sangat yakin dia serius denganku" dia sangat yakin dengan pilihannya dan aku turut bahagia.
Hingga akhirnya mereka menikah, menikahnya pun tak berjarak lama denganku. Dan aku pun baru tahu beberapa bulan yang lalu mengetahui bahwa dia sudah dikarunia anak, buah hati cinta mereka.
Tuhan pun masih memberi pilihan ketika kita sudah pasrah padaNya, Pasrah yang tak pernah menyerah.